Denpasar (Nuswantara) – Gubernur Bali Wayan Koster didampingi Wagub Cok. Ace menghadiri perayaan Hari Arak Bali yang baru pertama kali dilaksanakan dan dipusatkan di Bali Collection Nusa Dua, Minggu malam (29/1). Dengan perayaan ini, harkat arak Bali terangkat dan mampu mendukung ekonomi secara berkelanjutan.
Hadir pula Kapolda Bali Putu Irjen Pol. Drs. I Putu Jayan Danu Putra, S.H., M.Si. serta Forkopimda Bali, Sekda Bali Dewa Made Indra, pimpinan organisasi perangkat daerah (OPD) Bali, serta utusan bupati/walikota se-Bali. Hadir juga produsen arak, koperasi, serta pengelola hotel dan restoran di Bali yang menyalurkan arak di kalangan wisatawan.
Menurut Gubernur, berkat Pergub No.1 tahun 2020, harkat arak Bali pun terangkat. Arak Bali perlu dilindungi karena mendukung aktivitas adat, agama, budaya serta mampu mendukung ekonomi secara berkelanjutan. “Hal ini karena sejak pergub diluncurkan, arak sudah bisa diperdagangkan baik di dalam negeri maupun di mancanegara,” tegas pejabat asal Desa Sembiran Buleleng tersebut.
Seperti di negara lain yang memiliki minuman beralkohol, tegasnya, pasti menggelar festival. Dia mencontohkan Okt Fest di Jerman, kemudian ada London Coctail Week, serta Kentucky Fest yang digelar pada musim gugur. “Ini tujuannya untuk mempromosikan serta membuka pasar secara lebih luas,” ungkapnya.
Gubernur merinci, sejak dua tahun Pergub 1 tahun 2020 diluncurkan, produk arak pun berkembang dengan baik serta mampu bersaing dengan produk impor serta sudah memperoleh izin edar dan pita cukai. Saat ini sudah ada 10 koperasi yang menampung dan memasarkan arak Bali, kemudian ada 32 merek mendapat izin BBPOM dari sebelumnya 12. “Saat ini ada 1.486 KK bergelut di produksi arak dari sebelumnya hanya 922 KK. Yang paling penting, harga bahan baku arak yakni tuak mulai menggeliat naik. Dari sebelumnya Rp 4.000 per liter, kini sudah mencapai Rp 6.000,” katanya.
Hal lainnya, Gubernur minta kemasan agar menggunakan aksara Bali sehingga metaksu. Selanjutnya, dia minta arak dipasarkan menggunakan market place dengan memperluas jaringan. Satu lagi, Gubernur mengimbau agar masyarakat Bali menggunakan arak Bali semestinya untuk kepentingan adat, kesehatan dan kuliner. “Jangan minum arak untuk tujuan mabuk,” tegasnya.
Dia juga minta pelaku pariwisata agar memasarkan arak Bali sesuai kesepakatan yang ada. “Kalau bisa dahulukan arak Bali, kurangi bahkan nolkan produk-produk impor,” tegasnya.
Perayaan Hari Arak Bali juga ditandai dengan pelantikan pengurus Asosiasi Tresning Arak Brem Bali. Asosiasi ini nanti diberi kepercayaan penuh untuk melakukan pengawasan mutu termasuk pengembangan pemasaran arak Bali sehingga benar-benar memberikan dampak ekonomi yang positif bagi petani arak serta daerah. (dea)